Sabtu, 02 April 2011

Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Koopertif menurut beberapa ahli yakni: a. Menurut Holubec (Nurhadi, 2003: 59) Pengajaran kooperatif (Cooperative Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melaluipenggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mencerdaskan sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. b. Menurut Abdurrahman (Nurhadi, 2003: 60) Secara ringkas, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah (saling mencerdaskan), silih asih (saling menyayangi), dan silih asuh (saling tenggang rasa) antar sesama siswa sebagai latihan hidup dari dalam masyarakat nyata. Salah satu ciri c. pembelajaran kooperatif adalah kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen (Suyitno, 2004: 9). d. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. baca selengkapnya

Selasa, 08 Maret 2011

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


A.    Pengertian
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan, 2002 : 123).
B.     Macam-Macam Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Macam-macam pembelajaran berdasarkan masalah Menurut Arends (1997), antara lain :
·         Pembelajaran berdasarkan proyek (project-based instruction), pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruk pembelajarannya.
·         pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based instruction), pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa melakukan percobaan guna mendapatkan kesimpulan yang benar dan nyata.
·         belajar otentik (authentic learning), pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa mengembangkan ketrampilan berpikir dan memecahkan masalah yang penting dalam konsteks kehidupan nyata.
·         Pembelajaran bermakna (anchored instruction), pendekatan pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan memberi kesempatan untuk pembelajaran bermakna.

C.    Ciri-Ciri dan Tahapan pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Ciri-ciri dari model pembelajaran berdasarkan masalah menurut Arends (2001 : 349), antara
lain :
·         Pengajuan pertanyaan atau masalah.
·         Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
·         Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
·         Menghasilkan produk dan memamerkannya.
·         Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan ketrampilan berfikir.
Pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah- langkah berikut.
1.      Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan.
2.      Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar.
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3.      Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4.      Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5.      Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. (Sumber: Ibrahim, 2000 : 13).

D.    Ciri utama SPBM
a. SPBM merupakan aktivitas pembelajaran,artinya ada kegiatan yang harus  dilaManakalakukan siswa.
b.   Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk memecahkan masalah.
c. Pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Untuk mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Sedangkan pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan :
- Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekadar hanya dapat mengingat  materi pelajaran,akan tetapi menguasai dan memahaminya secara utuh.
- Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan ketrampilan berpikir rasional siswa.
- Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
- Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
pembelajarannya.
- Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya.
E.     Kriteria Pemilihan Bahan Pelajaran SPBM
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita,rekaman,video dan lain sebagainya.
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak,sehingga terasa manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.
F.     Tahapan-Tahapan SPBM
Joh Dewey,menjelaskan 6 langkah SPBM yang kemudian dia namakan Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving),yaitu :
1. Merumuskan masalah,yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2. Menganalisis masalah,yaitulangkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3. .Merumuskan hipotesis,yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4. 4.Mengumpulkan data,yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5. Pengujian hipotesis,yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah,yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
G.    Keunggulan dan Kelemahan SPBM
Keunggulan:
a.       Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi   bacaan.
b.      Pemecahan masalah dapat memantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan utnuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c.       Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d.      Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentranfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan siswa.
e.       Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
f.       Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir,dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa,bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
g.      Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
h.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa utnuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
i.        Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j.        Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
H. Kelemahan Pemecahan Masalah
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran berbasis masalah membutuhkan cukup waktu utnk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari,maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.





Metode Diskusi



A.    Pengertian Diskusi
Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih/kelompok. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut.
            Metode diskusi ialah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.  Jadi dapat dikatakan bahwa dalam sebuah metode diskusi kita berkumpul bersama dan memcari problem solution dan sekaligus kita dapat dikatakan problem solfing  Pembelajaran  yang menggunakan metode diskusi  merupakan pembelajaran yang bersifat  interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251). banyak sekali masalah yang dihadapi oleh manusia; sedemikian kompieksnya masalah tersebut sehingga tak mungkin hanya dipecahkan dengan satu jawaban saja. tetapi kita harus menggunakan segala pengetahuan kita untuk memberi pemecahan yang terbaik. Ada kemungkinan terdapat lebih-dari satu jawaban yang benar sehingga harus menemukan jawaban yang paling tepat di antara sekian banyak jawaban tersebut.
            Dalam Diskusi Kecakapan untuk memecahkan masalah dapat dipelajari.-Untuk iru siswa harus dilatih sejak kecil. Persoalan yang kompleks sering kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat, karenanya dibutuhkan pemecahan atas dasar kerjasama. Dalam hal ini diskusi merupakanjalan yang banyak memberi kemungkinan pemecahan terbaik. Selain memberi kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, juga dalam kehidupan yang demokratis kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari keputusan-keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-anak, latihan untuk peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat. Hasil-hasil  penelitian tentang penggunaan metode  diskusi kelompok oleh Lorge, Fox, Davitz, dan Brenner  (Davies, 1984:237--239) dapat disimpulkan dalam rangkuman berikut.
a.        Mengenai  soal-soal  yang  berisiko,  keputusan  kelompok lebih radikal dari pada keputusan perorangan.
b.       Kalau ada pelbagi pendapat tentang sebuah soal yang masih baru, maka pemecahan kelompok lebih tepat daripada  pemecahan  perorangan tetapi tidak  selalu  demikian  kalau soalnya biasa-biasa saja.
c.        Kalau  bahan  persoalan bukan materi baru,  dan  anggota-anggota kelompok mempunyai keterampilan dalam  memecahkan soal-soal  sejenis, pemecahan kelompok lebih  baik  dari pemecahan  oleh  anggota  masing-masing,  tetapi  kadang-kadang  pemcahan  anggota yang paling cerdas  lebih  baik lagi.
d.       Kebaikan utama diskusi kelompok bukanlah pengajuan banyak pendekatan, melainkan penolakan terhadap pendekatan  yang tidak  masuk  akal. (Konklusi ini  tidak  berlaku  untuk "brain storming").
e.        Yang  memperoleh keuntungan dari diskusi kelompok,  ialah siswa-siswa yang lemah dalam pemecahan soal.
f.        Superioritas kelompok merupakan fungsi dari kualitas tiap anggota kelompok. Sebuah kelompok dapat diharapkan  memecahkan sebuah soal, kalau sekurang-kurangnya satu anggota dapat memecahkan soal itu secara individual, sekalipun ia memerlukan lebih banyak waktu.
g.       Dalam hal waktu, metode kelompok biasanya kurang efisien. Kalau anggota-anggota  saling  percaya  dan  bekerjasama dengan  baik,  maka kelompok dapat  bekerja  lebih  cepat daripada kerja perorangan.
h.       Kehadiran  orang  luar  mempengaruhi  prestasi   anggota-anggota kelompok. Kalau kelompok itu bekerjasama  secara harmonis,  dan orang luar bergabung dengan kelompok,  hal itu  mempunyai  pengaruh positif; kalau  kerja  sama  itu tidak  harmonis,  maka kehadiran itu  merusak, jika  dia hanya bertindak sebagai pendengar saja.
i.         Dengan  metode  diskusi  perubahan  sikap  dapat  dicapai dengan lebih baik daripada kritik langsung untuk mengubah sikap  yang diharapkan. Metode diskusi juga  paling  baik untuk memperkenalkan inovasi-inovasi atau perubahan.
j.         Kalau  dipakai  struktur pembahasan  yang  cocok  dengan tugas,  dan cukup waktu untuk  meninjau  persoalan  dari segala  segi,  serta jika  anggota-anggota  tidak  saling mengevaluasi, maka diskusi kelompok terbukti lebih  kreatif  daripada  belajar perorangan. (Kondisi-kondisi  ini terdapat pada "brain storming").
Bertolak  dari hasil-hasil penelitian tersebut di  atas menyokong  asumsi bahwa keunggulan metode  diskusi  terletak pada efektivitasnya untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran  tingkat  tinggi dan tujuan  pembelajaran  ranah  afektif (Davies, 1984: 239). Karena itu, ada tiga macam tujuan  pembelajaran  yang cocok melalui penggunaan metode  diskusi:(1) penguasaan bahan pelajaran, (2) pembentukkan dan  modifikasi sikap,  serta  (3) pemecahan masalah (Gall dan  Gall,  dalam Depdikbud, 1983:28).
B.     Macam_Macam Diskusi
Diskusi ditinjau dari tujuannya dibedakan menjadi:
a)    The Social Problem Meeting, merupakan metode pembelajaran dengan tujuan berbincang-bincang menyelesaikan masalah sosial di lingkungan
b)    The Open ended Meeting, berbincang bincang mengenai masalah apa saja yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dimana kita berada
c)    The Educational Diagnosis Meeting, berbincang-bincang mengenai tugas/pelajaran untuk saling mengoreksi pemahaman agar lebih baik.
C.    Bentuk-Bentuk Diskusi
a)            Whole Group, merupakan bentuk diskusi kelompok besar (pleno, klasikal,paripurna dsb.)
b)            Buz Group, merupakan diskusi kelompok kecil yang terdiri dari (4-5) orang.
c)            Panel, merupakan diskusi kelompok kecil (3-6) orang yang mendiskusikan objek tertentu dengan cara duduk melingkar yang dipimpin oleh seorang moderator. Jika dalam diskusi tersebut melibatkan partisipasi audience/pengunjung disebut panel forum.
d)           Syndicate Group, merupakan bentuk diskusi dengan cara membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari (3-6) orang yang masing-masing melakukan tugas-tugas yang berbeda.
e)            Brainstorming, merupakan diskusi iuran pendapat, yakni kelompok menyumbangkan ide baru tanpa dinilai, dikritik, dianalisis yang dilaksanakan dengan cepat (waktu pendek).
f)             Simposium, merupakan bentuk diskusi yang dilaksanakan dengan membahas berbagai aspek dengan subjek tertentu. Dalam kegiatan ini sering menggunakan sidang paralel, karena ada beberapa orang penyaji. Setiap penyaji menyajikan karyanya dalam waktu 5-20 menit diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari audience/peserta. Bahasan dan sanggahan dirumuskan oleh panitia sebagai hasil simposium. Jika simposium melibatkan partisipasi aktif pengunjung disebut simposium forum. 7. Colloqium, strategi diskusi yang dilakukan dengan melibatkan satu atau beberapa nara sumber (manusia sumber) yang berusaha menjawab pertanyaan dari audience. Audience menginterview nara sumber selanjutnya diteruskan dengan mengundang pertanyaan dari peserta (audience) lain Topik dalam diskusi ini adalah topik baru sehingga tujuan utama dari diskusi ini adalah ingin memperoleh informasi dari tangan pertama.
g)            Informal Debate, merupakan diskusi dengan cara membagi kelas menjadi 2 kelompok yang pro dan kontra yang dalam diskusi ini diikuti dengan tangkisan dengan tata tertib yang longgar agar diperoleh kajian yang dimensi dan kedalamannya tinggi. Selanjutnya bila penyelesaian masalah tersebut dilakukan secara sistematis disebut diskusi informal. Adapun langkah dalam diskusi informal adalah : (1). menyampaikan problema; (2). pengumpulan data; (3). alternatif penyelesaian; (4). memlilih cara penyelesaian yang terbaik.
h)            Fish Bowl, merupakan diskusi dengan beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang  ketua mengadakan diskusi untuk mengambil keputusan. Diskusi model ini biasanya diatur dengan tempat duduk melingkar dengan 2 atau 3 kursi kosong menghadap  peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi sehingga  seolah-olah peserta melihat ikan dalam mangkok.
i)              Seminar, merupakan kegiatan diskusi yang banyak dilakukan dalam pembelajaran. Seminar pada umumnya merupakan pertemuan untuk membahas masalah tertentu dengan prasaran serta tanggapan melalui diskusi dan pengkajian untuk mendapatkan suatu konsensus/keputusan bersama. Masalah yang dibahas pada umumnya terbatas dan spesifik/tertentu, bersifat ilmiah dan subject approach.
j)              Lokakarya/widya karya, merupakan pengkajian masalah tertentu melalui pertemuan dengan penyajian prasaran dan tanggapan serta diskusi secara teknis mendalam. Dalam diskusi ini bila perlu diikuti dengan demonstrasi/peragaan masalah tersebut. Peserta lokakarya pada umumnya para ahli. Tujuannya mendapatkan konsensus/keputusuan bersama mengenai masalah tersebut. Telaahnya : Subject matter approach.
D.    Jenis-jenis Diskusi
1)     Buzz Group
Suatu kelas yang besar dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil 4 atau 5 orang. Tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga siswa saling berhadapan untuk memudahkan pertukaran pendapat. Diskusi ini dapat diadkan di tengah-tengah atau akhi
2)      Fish Rowt
Diskusi terdiri dari beberapa orang peserta yang dipimpin oleh seorang ketua. Tcmpat duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosonu menghadap peserta, seolah-olah menjaring ikan dalam sebuah mangkuk (fish boxvli. Kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat duduk di kursi kosong tersebut. Ketua mempersilahkan berbicara dan setelah selesai kembali ketempat semula.
3)      Whole Group
Suatu kelas merupakan satu kelompok diskusi dengan jurnlah anggota tidak lebih dari 15 anggota.
4)     Syndicate group
Suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang. Guru menjelaskan garis besar masalah dengan aspek-aspeknya. kemudian tiap kelompok bertugas membahas suatu aspek tertentu dan membuat kesimpuian untuk diiaporkan dalam sidang pleno serta didiskusikan lebih lanjut.
5)      Brainstorming
Merupakan suatu diskusi di mana anggota kelompok bebas menyumbangkan ide-ide baru terhadap suatu masalah tertentu. di bawah seorang ketua. Semua ide >ang sudah masuk dicatat. untuk kemudian diklasifikasikan menurut suatu urutan tertentu. Suatu saat mungkin ada diantara ide baru tersebut yang dirasa menarik untuk dikembangkan.
6)      Informal debate
Kelas dibagi menjadi dua team yang agak sama besarnya unluk memperdebatkan suatu bahan yang problematis, tanpa memperhatikan peraturan diskusi panel.
7)     Colloqinin
Merupukan suatu kegiatan dimana siswa’mahasiawa dihadapkan pada nara sumber untuk mengajukan pertanyaan. selanjuinya mengandung perianyaan-penanyaan tambahan dari sisxva. mahasisxva yang lain. Pelajaran dengan maksdu untuk memperjelas bahan pelajaran yang telah diterima.
E.     Hal- hal yang dibutuhkan dalam sebuah metode diskusi
Ada beberapa hal yang di butuhkan dalam sebuah metode duskusi yaitu:
a.    Materi yang akan dibahas.
Dalam hal ini sebelum mengadakan sebuah metode diskusi siswa sebaiknya sudah tahu masalah apa yang akan mereka tahu sehingga mampu membuat sebuah narasi dari permasalahan tersebut dan membuat suatu batasan dari materi yang akan mereka presentasikan.
b.   Presedium Sidang ( Pimpinan Diskusi)
    Pemimpin diskusi dapat dipegang oleh guru sendiri, tetapi dapat juga diserahkan kepada siswa bila guru ingin memberi kesempatan kepada siswa unluk belajar memimpin. Kecakapan memimpin diskusi memang harus dilatih, bila kita menginginkan keberhasilan suatu diskusi. Prof. DR. Winarno Surakhmad dalam bukunya “Metodologi Guruan Nasional” mengemukakan tiga peranan pemimpin diskusi ialah sebagai : 1) pengatur lalu lintas 2) dinding penangkis. 3)penunjuk jalan
Pemimpin sebagai pengatur lalu lintas Sebagai seorang pemimpin. la berhak untuk:
-    Menunjukkan pertanyaan-pertanyaan kepada anggota
-    Menjaga agar tidak semua anggota bicara secara serempak
-    Mencegah dikuasai’nya pembicaraan oleh orang-orang tertentu yang gemar berbicara
-    Membuka kesempatan bagi anggota yang pemalu atau pendiam untuk menyumbangkan ide-ide mereka
-    Mengatur sedemikian sehingga setiap pembicaraan dapat ditangkap dengan jelas oleh pendengar.
F.     Peluang (Kelebihan) Menggunakan Metode Diskusi
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
a)      Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b)      Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
c)      Mengembangkan rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang bervariasi atau mungkin bertentangan sama sekali.
d)     Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
e)      Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan berbicara saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis
G.    Tantangan (Kelemahan) Menggunakan Metode Diskusi
                   Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan,
di antaranya:
a)      Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
b)      Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
c)      Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi
d)      Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
e)      Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran atau bias saja menimbulkan permusuhan dalam kelas.